Selasa, 29 Mei 2012

infeksi odontogenik

Syalooomm..!! kali ini saya mau share ttg kasus yang saya temui di klinik..
Kasus sederhana namun sangat membahayakan nyawa jika penanganannya tidak benar.
well, dalam beberapa kasus gigi, masyarakat selalu saja datang saat gigi sudah dalam kondisi yang parah, sakit, nyeri atau ada infeksi. sangat disayangkan kenapa masyarakat disini tidak suka menerapkan kebiasaan mencegah lebih baik daripada mengobati. 
Pengalaman kasus saya adalah bengkak akibat infeksi odontogenik. beberapa hal yang berkaitan dengan infeksi mungkin sudah umum dipahami. infeksi secara sederhana didefinisikan sebagai penyebaran bakteri ke daerah tertentu sehingga menimbulkan gejala khas seperti demam, lemas, nyeri, dsb dsb. 
Yang perlu dipahami dan dicermati dalam kasus infeksi antara lain adalah: penyebab utama, tipe penyebaran, kondisi rongga mulut pasien. karena saya saat ini tidak sedang membuka buku, jadi silahkan bagi para pembaca untuk lebih mencermati di buku. apa yang saya utarakan disini adalah berdasar ingatan saja.

Kembali ke topik. ketika pasien datang, sudah bengkak, sedikit demam dan mengeluhkan sakit pada regio belakang bawah kiri. Dari pemeriksaan klinis sudah jelas bahwa ada radiks dan gangren pada regio tersebut. tentu saja karena masih ada infeksi akut, protap standar pemberian obat dilakukan. NAH, disinilah saya ingin menshare kan sesuatu. yaitu tentang pemilihan antibiotik. 
Tidak semua infeksi perlu diberikan antibiotik. pada beberapa situasi mungkin antibiotik tidak banyak berguna dan justru menimbulkan kontradiksi. jika tidak salah ingat ada 3 faktor dalam menentukan antibiotik
1. keseriusan infeksi ketika pasien datang. jika pasien datang dengan pembengkakan yang ringan, progres infeksi yang cepat atau difuse selulitis, antibiotik bisa ditambahkan dalam perawatan.
2. jika perawatan bedah sudah mencapai kondisi adekuat, pada beberapa situasi, ekstraksi justru bisa mempercepat penyembuhan infeksi, namun pada beberapa keadaan, pencabutan tidak bisa dilakukan sehingga antibiotik perlu diberikan untuk kontrol infeksi shg gigi bisa dicabut.
3. pertahanan tubuh pasien. jika pasien masih muda dan datang dengan kondisi yang compos mentis, serta tidak ada demam, maka pemberian berpengaruh pada besar dosis dan lama terapi. disisi lain, berhati2 untuk pasien yang memiliki riwayat metabolik atau kemoterapi pada kanker, bisa jadi dosis lebih besar walaupun infeksi kecil.

Pilihan pengobatan bisa jatuh pada penisilin karena sifatnya yg bakterisid, spektrum luas, meliputi streptococci dan anerob bacterial, dan bisa diaplikasi kan untuk 90% infeksi odontogenik, toksisitas rendah dan tidak mahal. namun sayangnya harus ada anamnesis apakah pasien alergi atau tidak. clarytomycin dan clindamycin bisa jadi alternatif. jika infeksi lebih luas, maka cephalosporin dan cefadroxil bisa di pakai. dosis cefa 2x1 sedangkan cephalo 4x1. tetra atau turunannya yaitu doxy bisa dipakai untuk infeksi ringan. metronidazole dapat dipakai jika bakterinya hanya anaerob.
umumnya antibiotik harus diminum 2-3 hari dan setelah infeksi hilang, karena secara klinis biasanya pasien yang telah dirawat akan menunjukkan perbaikan gejala, maka antibiotik tetap harus dikonsumsi hingga 2 hari setelahnya. (total 5 hari-6 hari).

apakah cukup berhenti sampai disitu? TENTU TIDAAK.. harus sesegera mungkin melakukan penanggulangan penyebab utama. ekstraksi dan drainase pus dilakukan setelah kondisi pasien adekuat. nah, sayangnya nih, kadang infeksi menyebar lebih cepat dan kondisi bengkak bertambah, atau kadang trismus melanda, dan ada keterlibatan fascia. jika ini terjadi, segera lakukan ekstraksi gigi penyebab untuk drainase sebelum bertambah parah dgn catatan dikondisikan supaya infeksi sudah terkontol.

demikian sharing saya, semoga bermanfaat. tetap tingkatkan kemampuan dan wawasan.. 
ciaoo...

0 komentar: