Kamis, 30 April 2009

GINGIVEKTOMI

kO-as PERIODONSIA udah dilewati.. hip hip horee...
pengalaman waktu di koas perio membuat aku lebih nyadar lagi kalau ternyata diri kita ini bukan apa2.. semakin banyak tahu semakin aku tahu bahwa AKU GAK BISA APA-APA.. how ironic..

jadi begini teman2 pembaca, beberapa requirement di perio antara lain sebagai berikut: skaling (pembersihan karang gigi) baik yang manual n yg mesin plus kontrol, trus sminar jurnal n kasus, trus jadi assisten bedah minimal 2 kali dengan kasus yang berbeda dan yang terakhir adalah operasi mandiri sebanyak 1 kali kasus. tentu saja pengisian RM udah harus oke dan manajemen pasien juga udah lewat lah.. poin buat bisa nembus nilai A adalah > 50, n jangan tanya aku berapa.. kebetulan aku pernah telat masuk absen pagi, jadinya aku inhal 1 hari..hehehe,,
oke, beberapa hal yang aku dapetin di koas peri
o kali ini dan yang pengen aku bagi adalah mengenai GINGIVEKTOMI. seperti yang temen2 udah liat di foto postingan sebelumnya, aku jadi asistennya mas Arif dan drg.Dahlia. jadi tugasku ya membantu kelancaran jalannya operasi seperti menyiapkan alat, bersihin alat, retraksi bibir dan pipi pasien, melancarkan akses operator-alat operasinya dan membantu kondisi pasien dan operator senyaman mungkin selama tindakan operasi dilakukan.
Jadi assop itu susah2 gampang. susahnya kalo kita ga
k ngerti tahapan operasinya , alatnya dan kalau kita gak ngerti kemauan dosen pembimbingnya. apalagi kalau ada sesuatu terjadi diluar kendali. gampangnya ya karena kita gak jadi operator mandirinya jadinya gak deg-deg an..hehe..

oke, mengenai GINGIvektomi, pasti pada penasaran : "opo to kuwi??" panganan opo kuwi?
jadi istilah bodonya gingivektomi adalah pemotongan gingiva. apaan tuh gingiva?? gingiva tuh gusi.
GUSI itu mukosa (jaringan lunak) yang mengelilingi gigi dan melindungi gigi dari kerusakan akibat bakteri, kimia, abrasi, dan mencekatkan gigi ke soket tulang rahang.
GUSI bisa sakit toh?
ya iyalah bisa banget, apalagi kalau orangnya gak ngerti dan gak peduli manfaat gusinya sendiri. tanda klinis gusi sehat itu warnanya merah muda, gak ada perdarahan, ada stippling, tepi gusi-gigi menajam kayak bulan sabit dan gusi menutupi area CEJ ke bawah (akar). gusi bisa sakit karena perlakuan dalam rongga mulut yang merugikannya. contohnya, sikat gigi yang salah bisa nyebabin gusi turun sehingga gigi nampak panjang-panjang dan malah terasa linu. terus, jarang gosok gigi sebelum tidur, sehingga plak menumpuk di daerah pertautan gusi dengan gigi dan akhirnya sisa makanan mengeras disitu menjadikan gusi turun juga, trus bakteri masuk ke dalam celah gusi dan terbentuklah poket
, atau kantong gusi karena penurunan titik cekat gusi lebih ke akar daripada yang normal. hal ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan gigi. perawatan skaling atau pembersihan karang gigi bertujuan untuk menghilangkan karang sehingga diharapkan titik cekat gusi bisa kembali normal dan poket gusi hilang. tetapi jika masih ada poket, terasa sakit dan berdarah trus menggembung sehingga kalau ketawa jadi jelek, maka mending dilakukan bedah yang namanya gingivektomi itu, yaitu menghilangkan bagian gusi yang sakit. tapi jangan kawatir, karena pemotongan tersebut tidak sembarangan.

bagian mana yang harus dipotong?
ya bagian yang sakit lah, istilahnya ba
gian yang mengalami inflamasi, bagian yang sudah terlanjur fibrotik, keras, oedema, tapi ada juga yang lunak disertai pendarahan. tentu saja tidak semuanya dihilangkan, jangan membayangkan yang berlebay, tapi sedikit gusi yang dihilangkan sehingga bentuk dan kontur gusi jadi sehat, estetisnya baik dan melekat erat dengan gigi. agar fungsi perlindungan gusi terhadap gigi berjalan dengan baik.
kalau mau baca lebih lengkap bisa klik di http://drobiechina.com/learningcenter.asp
ada contoh gambar di bawah kenapa kok gusi bisa sakit (before gingivectomy) dan batas pemotongannya.


Rabu, 29 April 2009

GINGIVEKTOMI



sebagai asisten niy!...
pengalaman pertama jadi asisten operasi gingivektomi

operator: Arif hidayat
ass.operasi: Christiani
dokter pembimbing: drg.Dahlia Herawati

PENULIS NOVEL


Aku pengen jadi penulis novel, yang karyanya bisa dinikmati sampai ke luar negeri. Yang bisa mengilhami banyak orang dan membuat orang yang membacanya jadi lebih sentimental, emosional atau melankolis.
Itu dulu adalah angan-anganku saat SMP. Demi mewujudkannya, maka aku sengaja menulis novel karya pertamaku di sebuah buku kosong yang aku beli sendiri dari hasil menabung selama seminggu. Novel itu sama sekali tidak bisa disebut novel. Alasannya:
1. Cuma 25 lembar. Karena tanganku sudah pegal sekali.
2. Alur tidak jelas. Padamulanya terbitlah terang seperti halnya kejadian 1:1 tapi semakin lama terang itu ditelan kegelapan dan akhirnya.. bush!mati.. novelku berawal dari sebuah adegan komedi, ditengah-tengah cerita ternyata horor, dan diakhir cerita ternyata detektif.
3. Banyak sekali tip-ex nya! Karena sering salah bikin kalimat atau percakapan, aku sering mencoret-coret. Seandainya laptop waktu itu sudah ada tentu aku tidak repot seperti itu.

Tapi bagaimanapun juga, ada sebuah pelajaran yang aku petik dari pengalaman tidak jelas di atas, yaitu: perjuangan. Perjuangan menulis, perjuangan berpikir dan perjuangan mentip-ex.. ya, tidak gampang untuk meluangkan tenaga dan waktu demi sebuah novel tak bermutu 25 lembar yang akhirnya sekarang entah dimana. Tapi aku mengingat bahwa saat itu aku sungguh-sungguh melakukannya. Sekarang, aku sudah bisa menulis, meski tidak sampai 25 halaman, paling tidak aku lebih sistematis dalam menceritakan sesuatu. Setidaknya, pengalaman masa lalu sangat berguna buatku.
Apakah hidupku ini juga dibentuk oleh Tuhan kayak gitu ya? Untuk menjadi novel best-seller, semua halaman, cerita, cover, pengetikan, penjilidan novelnya pasti telah dikerjakan lebih teliti dibanding yang lain, perlu diolah lebih dalam dari pada yang lain. Jika aku penulis novelnya, aku pasti mengerjakan novel dengan sebaik-baiknya, berusaha sedikit menggunakan tip-ex dan akan membuat alur cerita indah, luar biasa dan tak terduga. Tetapi jika Tuhan penulis novelnya? Tentu Dia akan membuat alur cerita yang lebih indah yang tentunya gak bisa dibayangkan manusia.. tapi yang pasti Tuhan gak pake tip-ex.

Tangan-KU untuk kau raih

..”Arep tuku sego saiki opo ora?” (mau beli nasi sekarang atau tidak?)
Tanya mbakku kepada mama. Mama dengan ogah-ogahan menyahut, ”Yo wes kono tukua..” (Ya sudah sana belilah). Namun tampaknya mbakku masih bingung dengan jawabannya mama, dan bertanya lagi, ”Pirang bungkus, Ma? lha endi dhuwite? sisan tuku lawuh ora?? opo wae ki?”. (berapa bungkus ma?lha mana uangnya?sekalian beli lauk tidak?lauknya apa aja?) mbakku memberondong dengan pertanyaan yang membuat setiap ibu rumah tangga berpikir panjang. Dengan lebih ogah-ogahan lagi mama menyahut, ”Ahh..mbuh lah, sakarepmu nduk, aku males mikir!” (ah, gak tau lah, sesukamu aja, aku malas mikir) sahut beliau. Tetapi mbakku langsung menjawab, ”Walah!lha nek ora mikir rak yo mati tho.. ojo dhisik ma, aku rung madhang ki...” (Walah, lha kalau tidak mikir berarti udah mati, jangan dulu ma, aku belum makan nih..)..

Aku.. Mulanya menganggap,
Hidupku di dunia ini memang memerlukan banyak pemikiran. Kenapa bisa sampai banyak mikir? Karena terbelenggu oleh banyak masalah.. kenapa banyak masalah? Karena aku hidup. Waktu terus berjalan, hidup terus berubah. Tidak ada yang tetap. Bagaimana jika aku berdiam diri?
Meski aku berdiam diri, tidak bergerak dalam kamarku, ada saja dalam tubuhku yang tidak mau kompromi.. aku jadi lapar, aku jadi haus, dan badanku lama kelamaan bau.. kupikir aku harus mandi. Tunggu, apa aku butuh mandi? Tentu saja! Badanku gatal.. aku sangat butuh mandi dan ingin mandi. Aku takut aku kena penyakit kulit!
Oke aku mandi. Aku sudah mandi, badan segar dan wangi. Tapi, apakah masalah selesai? Belum, aku masih butuh makan, aku takut nanti perutku kena maag! Oke, aku beli makan. Aku sudah makan, kenyang dan badan jadi kuat. Tapi, apakah masalah selesai? Belum aku masih haus. Oke, aku beli minum. Aku sudah minum dan sudah tidak haus. Apakah masalah selesai? Tunggu, belum selesai.. ada tugas yang harus aku kerjakan. Aku takut kena marah dosenku! Oke, tugasku sudah selesai. Apa masalah sudah selesai? Belum, aku capek badanku pegal dan mata mengantuk. Aku takut kena sakit flu! Oke, aku tidur. Pagi hari aku sudah bangun dan baru aku sadar, masih banyak masalah yang harus aku selesaikan hari ini.
Aku capek dengan masalah-masalahku, lalu aku berpikir, Tuhan capek gak ya dengan masalah-masalahNya? Dia capek gak ya dengan aku yang terus khawatir dengan masalahku?
Lalu aku merenung kembali, sehari yang lalu saat aku mandi, Tuhan menyediakan air bersih dan perlengkapan mandi untuk aku. Saat aku lapar, Tuhan memberikan aku uang dan warung makan yang buka ketika aku butuh makan. Saat aku haus, Tuhan menyediakan air untuk diminum. Saat aku capek, Tuhan mengizinkanku tidur dan mengizinkanku bangun. Kenapa sih aku harus bangun?? Untuk menghadapi banyak masalah??
Aku rasa tidak, aku rasa Tuhan sudah tak sabar menyiapkan kebutuhan-kebutuhanku untuk menyelesaikan masalahku, dan dalam imajinasi kartunku, aku seperti melihat sosok Tuhan yang bilang: ”Ngapain kamu diem di kamar?ayo keluar, nikmatilah kebebasanmu dari masalahmu, karena Aku akan selalu memberikan tanganKu untuk kau raih..”

Romantis banget gak sih..
Aku tersenyum dan aku menggandeng tangan-Nya lalu bergegas mandi pagi. Terimakasih Tuhan untuk kehidupan ini. (C-04)